Rabu, 03 Mei 2017

Skema Sejarah Psikologi

Skema Sejarah Psikologi
Oleh Sulessana
Dalam garis besarnya, sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua tahap utama, yaitu masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Kedua tahap itu dibatasi oleh berdirinya laboratorium psikologi yang pertama di Leipziq pada tahun 1879 yang didirikan oleh WILHELM WUNDT. Sebelum 1879 itu, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal, karena psikologi masih dibicarakan oleh sarjana-sarjana dari kedua bidang ilmu itu yang kebetulan mempunyai minat terhadap gejala jiwa, tetapi tentu saja penyelidikan-penyelidikan mereka masih terlalu dikaitkan dengan bidang ilmu mereka sendiri saja. Barulah ketika WUNDT berhasil mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig para sarjana mulai meyelidiki gejala-gejala kejiwaan secara lebih sistematis dan obyektif. Metode-metode baru diketemukan untuk mengadakan pembuktian-pembuktian nyata dalam psikologi sehingga lambat laun dapat disusun teori-teori psikologi yang terlepas dari ilmu-ilmu induknya. Sejak masa itu pulalah psikologi mulai bercabang-cabang ke dalam aliran-aliran, karena bertambahnya jumlah sarjana psikologi tentu saja menambah keragaman berpikir dan banyak pikiran-pikiran itu yang tidak dapat disatukan satu sama lain. Karena itulah mereka yang merasa sepemikiran, sependapat, menggabungkan diri dan menyusun suatu aliran tersendiri. Aliran-aliran strukturalisme, fungsionalisme, behaviorisme, humanistik, transpersonal dan sebagainya adalah aliran-aliran yang tumbuh setelah lahirnya laboratorium pertama di Leipzig tersebut.
Minat untuk menyelidiki gejala kejiwaan sudah lama sekali ada di kalangan umat manusia ini. Mula-mula sekali ahli-ahli filsafat dari zaman yunani kunolah yang mulai memikirkan tentang gejala-gejala kejiwaan. Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian nyata atau empiris,melainkan segala teori dikemukakan berdasarkan agrumentasi-argumentasi logis (akal) belaka. Dengan kata lain psikologi pada waktu itu merupakan murni bagian dari ilmu-ilmu filsafat. Adapun tokoh-tokoh filsafat yang banyak mengemukakan teori-teori yang identik dengan psikologi antara lain adalah PLATO (427-347 S.M) dan ARISTOTELES (384-322 S.M.).
Berabad-abad kemudian, psikologi belum mengalami perubahan dan masih menjadi bagian dari ilmu filsafat, hal ini terbukti ketika tokoh dari Prancis seperti RENE DESCART (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran, dan di Inggris seperti JOHN LOCKE (1623-1704), GEORGE BERKELEY (1685-1753), JAMES MILL (1773-1836), dan anakanya JOHN STUART MILL (1806-1873) yang semuanya itu dikenal sebagai tokoh-tokoh aliran asosiasionisme.
Disisi lain para sarjana ahli ilmu faal juga mulai menaruh perhatian dan minat pada gejala-gejala kejiwaan.  Mereka melakukan eksperimen-eksperimen dan mengemukakan teori-teori yang kedepanya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan psikologi. Teori-teori yang dikemukakan oleh ahli faal ini berhubungan tentang syaraf-syaraf sensoris dan motoris, pusat-pusat sensoris dan motoris di otak dan hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf-syaraf tersebut. Tokoh-tokoh dari ahli faal ini antara lain adalah C.BELL (1774-1842), F.MAGENDIE (1785-1855), J.P.MULLER (1801-1858), P.BROCA (1824-1880) Dan sebagainya. Dalam mengingat tokoh diatas, tentunya seorang tokoh yang perlu diingat yang memiliki peranan penting dalam perkembangan aliran psikologi behaviorisme di Amerika Serikat, seorang tokoh yang berasal dari Rusia yang kita kenal dengan nama I.P.PAVLOV (1849-1936). Selain daripada itu perlu kita kemukakan pula peranan seorang dokter berdarah campuran Inggris-Skotlandia bernama WILLIAM MC DOUGALL (1871-1938) yang memberi inspirasi pula kepada aliran behaviorisme di Amerika Serikat melalui teorinya yang dikenal dengan nama “purposive psychology” (psikologi bertujuan).
Pada waktu para sarjana baik dari bidangilmu faal maupun filsafat sedang menyibukkan diri dengan usaha untuk menerangkan gejala-gejala kejiwaan secara ilmiah murni, muncul pula orang-orang yang secara spekulatif mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan dari sisi lain. Salah satu dari mereka adalah F.J.GAAL (1785-1828) Yang mengemukakan teori bahwa jiwa manusia dapat diketahui dengan cara meraba tengkorak kepala orang yang bersangkutan. Teori ini merupaka teori yang bersifat ilmiah semu (pseudoscience) dan dikenal dengan nama “phrenologi”. Selain phrenologi, adapula metode-metode lain yang bersifat ilmiah semu seperti palmistri (ilmu rajah tangan), astrologi (ilmu perbintangan), numerologi (ilmu angka-angka) dan sebagainya.
Tahun 1879 adalah tahun yang perlu dikenang dalam sejarah psikologi. Pada tahun inilah seorang tokoh bernama W.WUNDT (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig yang dianggap sebagai tanda berdirinya psikologi dan terpisahnya dari ilmu induknya yaitu ilmu filsafat dan ilmu faal. Pada tahun ini WUNDT memperkenalkan metode yang digunakan dalam eksperimennya, yang dikenal dengan metode introspeksi. WUNDT kemudian dikenal dengan sebagai seorang penganut strukturalisme karena dia menguraikan teori yang menguraikan struktur (susunan, komposisi) dari jiwa. WUNDT juga dikenal sebagai penganut elementisme, karena dia percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen. Diapun dianggap penganut asosiasionisme, karena dia percaya bahwa asosiasi adalah mekanisme yang terpenting dalam jiwa, yang menghubungakan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk satu struktur kejiwaan yang utuh.
Ajaran-ajaran WUNDT kemudian di bawah ke Amerika oleh E.B.TITCHENER (1867-1927) dan disebarluaskan di sana, tetapi tidak mendapat respon positif karena orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis itu kurang suka pada teori WUNDT yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Orang-orang Amerika kemudian membentuk aliran sendiri yang disebut fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain W.JAMES (1842-1910) dan J.M.CATTEL (1866-1944). Aliran fungsionalisme ini lebih mengutamakan fungsi dari jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Bukti dari betapa pragmatisnya orang-orang Amerika dapat kita lihat pada ditemukannya teknik evaluasi psikologi (yang sekarang populer dikenal dengan nama:psikotest) oleh J.M.CATTEL.
Sekalipun fungsionalisme sudah menekankan pragmatisme, namun bagi segolongan sarjana Amerika, aliran ini masih tergolong abstrak. Golongan terakhir ini menghendaki agar psikologi hanya memepelajari hal-hal yang objektif, karena itu mereka hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek psikologi. Aliran ini dipelopori oleh J.B.WATSON (1878-1958) dan dikembangkan selanjutnya oleh E.C.TOLMAN (1886-1959) dan B.F.SKINNER (1904.....).
Sementara itu di Jerman sendiri ajaran-ajaran WUNDT mulai mendapat kritik-kritik dan kereksi-koreksi. O.KULPE (1862-1915) yang merupakan salah satu murid WUNDT adalah salah satu dari sarjana yang kurang puas dengan ajaran WUNDT dan memisahkan diri dari WUNDT dan mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran yang dikenal dengan nama Wurzburg ini menolah anggapan WUNDT bahwa berpikir itu selalu berupa “image” (bayangan dalam alam pikiran). Menurut KULPE, pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikir itu tidak berupa image. Sehingga KULPE berpendapat bahwa ada pikiran yang tidak terbayangkan.
Reaksi lain terhadap Wundt di Eropa datang dari aliran psikologi Gestalt. Aliran ini menolah ajaran elementisme dari Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, karena inilah yang banyak diteliti oleh aliran ini) haruslah dilihat sebagai keseluruhan yang utuh ,yang tidak terpecah-pecah dalam bagian-bagian, harus dilihat sebagai suatu “Gestalt”. Tokoh-tokoh aliran ini adalah M.WERTHEIMER (1880-1943), K.KOFFKA (1886-1941) dan W.KOHWER (1887-1967).

Akhirnya tidak boleh kita lupakan peranan dokter-dokter, khususnya psikiatri dalam perkembangan psikologi. Dokter-dokter ini umumnya tertarik pada penyakit jiwa khususnya psikoneurosis, dan berusaha mencari sebab-sebab penyakit ini untuk mencari teknik penyembuhannya (terapi) yang tepat. Teknik-teknik seperti hipnotisme dan magnetisme akhirnya meyakinkan para dokter ini bahwa dibelakang kesadaran manusia, terdapat kualitas kejiwaan yang lain yang disebut ketidak-sadaran dan justru dalam alam ketidaksadaran itulah terletak berbagai konflik kejiwaan yang menyebabkan penyakit-penyakit kejiwaan. S.FREUD (1856-1939) adalah orang pertama yang secara sistematis kualitas-kualitas kejiwaan itu beserta dinamikanya untuk menerangkan kepribadian orang dan untuk diterapkan dalam teknik psikoterapi dan aliran atau teorinya disebut sebagai psikologi dalam (depth psychology), karena dia tidak hanya berusaha menerangkan segala sesuatu yang nampak dari luar saja, melainkan berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran itu. Pengaruh psikoanalisa ini besar sekali terhadap perkembangan psikologi sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar