Skema Sejarah Psikologi
Oleh Sulessana
Dalam garis besarnya, sejarah psikologi
dapat dibagi dalam dua tahap utama, yaitu masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu
yang berdiri sendiri. Kedua tahap itu dibatasi oleh berdirinya laboratorium
psikologi yang pertama di Leipziq pada tahun 1879 yang didirikan oleh WILHELM
WUNDT. Sebelum 1879 itu, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau
ilmu faal, karena psikologi masih dibicarakan oleh sarjana-sarjana dari kedua
bidang ilmu itu yang kebetulan mempunyai minat terhadap gejala jiwa, tetapi
tentu saja penyelidikan-penyelidikan mereka masih terlalu dikaitkan dengan
bidang ilmu mereka sendiri saja. Barulah ketika WUNDT berhasil mendirikan
laboratorium psikologi di Leipzig para sarjana mulai meyelidiki gejala-gejala
kejiwaan secara lebih sistematis dan obyektif. Metode-metode baru diketemukan
untuk mengadakan pembuktian-pembuktian nyata dalam psikologi sehingga lambat
laun dapat disusun teori-teori psikologi yang terlepas dari ilmu-ilmu induknya.
Sejak masa itu pulalah psikologi mulai bercabang-cabang ke dalam aliran-aliran,
karena bertambahnya jumlah sarjana psikologi tentu saja menambah keragaman
berpikir dan banyak pikiran-pikiran itu yang tidak dapat disatukan satu sama
lain. Karena itulah mereka yang merasa sepemikiran, sependapat, menggabungkan
diri dan menyusun suatu aliran tersendiri. Aliran-aliran strukturalisme,
fungsionalisme, behaviorisme, humanistik, transpersonal dan sebagainya adalah
aliran-aliran yang tumbuh setelah lahirnya laboratorium pertama di Leipzig
tersebut.
Minat untuk menyelidiki gejala kejiwaan
sudah lama sekali ada di kalangan umat manusia ini. Mula-mula sekali ahli-ahli
filsafat dari zaman yunani kunolah yang mulai memikirkan tentang gejala-gejala
kejiwaan. Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian nyata atau
empiris,melainkan segala teori dikemukakan berdasarkan agrumentasi-argumentasi
logis (akal) belaka. Dengan kata lain psikologi pada waktu itu merupakan murni
bagian dari ilmu-ilmu filsafat. Adapun tokoh-tokoh filsafat yang banyak
mengemukakan teori-teori yang identik dengan psikologi antara lain adalah PLATO
(427-347 S.M) dan ARISTOTELES (384-322 S.M.).
Berabad-abad kemudian, psikologi belum
mengalami perubahan dan masih menjadi bagian dari ilmu filsafat, hal ini
terbukti ketika tokoh dari Prancis seperti RENE DESCART (1596-1650) yang
terkenal dengan teori tentang kesadaran, dan di Inggris seperti JOHN LOCKE
(1623-1704), GEORGE BERKELEY (1685-1753), JAMES MILL (1773-1836), dan anakanya
JOHN STUART MILL (1806-1873) yang semuanya itu dikenal sebagai tokoh-tokoh
aliran asosiasionisme.
Disisi lain para sarjana ahli ilmu faal
juga mulai menaruh perhatian dan minat pada gejala-gejala kejiwaan. Mereka melakukan eksperimen-eksperimen dan
mengemukakan teori-teori yang kedepanya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan psikologi. Teori-teori yang dikemukakan oleh ahli faal ini
berhubungan tentang syaraf-syaraf sensoris dan motoris, pusat-pusat sensoris
dan motoris di otak dan hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf-syaraf
tersebut. Tokoh-tokoh dari ahli faal ini antara lain adalah C.BELL (1774-1842),
F.MAGENDIE (1785-1855), J.P.MULLER (1801-1858), P.BROCA (1824-1880) Dan
sebagainya. Dalam mengingat tokoh diatas, tentunya seorang tokoh yang perlu
diingat yang memiliki peranan penting dalam perkembangan aliran psikologi
behaviorisme di Amerika Serikat, seorang tokoh yang berasal dari Rusia yang
kita kenal dengan nama I.P.PAVLOV (1849-1936). Selain daripada itu perlu kita
kemukakan pula peranan seorang dokter berdarah campuran Inggris-Skotlandia
bernama WILLIAM MC DOUGALL (1871-1938) yang memberi inspirasi pula kepada
aliran behaviorisme di Amerika Serikat melalui teorinya yang dikenal dengan
nama “purposive psychology” (psikologi bertujuan).
Pada waktu para sarjana baik dari
bidangilmu faal maupun filsafat sedang menyibukkan diri dengan usaha untuk
menerangkan gejala-gejala kejiwaan secara ilmiah murni, muncul pula orang-orang
yang secara spekulatif mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan dari sisi
lain. Salah satu dari mereka adalah F.J.GAAL (1785-1828) Yang mengemukakan
teori bahwa jiwa manusia dapat diketahui dengan cara meraba tengkorak kepala
orang yang bersangkutan. Teori ini merupaka teori yang bersifat ilmiah semu
(pseudoscience) dan dikenal dengan nama “phrenologi”. Selain phrenologi, adapula
metode-metode lain yang bersifat ilmiah semu seperti palmistri (ilmu rajah
tangan), astrologi (ilmu perbintangan), numerologi (ilmu angka-angka) dan
sebagainya.
Tahun 1879 adalah tahun yang perlu
dikenang dalam sejarah psikologi. Pada tahun inilah seorang tokoh bernama
W.WUNDT (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig yang
dianggap sebagai tanda berdirinya psikologi dan terpisahnya dari ilmu induknya
yaitu ilmu filsafat dan ilmu faal. Pada tahun ini WUNDT memperkenalkan metode
yang digunakan dalam eksperimennya, yang dikenal dengan metode introspeksi.
WUNDT kemudian dikenal dengan sebagai seorang penganut strukturalisme karena
dia menguraikan teori yang menguraikan struktur (susunan, komposisi) dari jiwa.
WUNDT juga dikenal sebagai penganut elementisme, karena dia percaya bahwa jiwa
terdiri dari elemen-elemen. Diapun dianggap penganut asosiasionisme, karena dia
percaya bahwa asosiasi adalah mekanisme yang terpenting dalam jiwa, yang
menghubungakan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk satu
struktur kejiwaan yang utuh.
Ajaran-ajaran WUNDT kemudian di bawah ke
Amerika oleh E.B.TITCHENER (1867-1927) dan disebarluaskan di sana, tetapi tidak
mendapat respon positif karena orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis
itu kurang suka pada teori WUNDT yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat
diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Orang-orang Amerika kemudian
membentuk aliran sendiri yang disebut fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya
antara lain W.JAMES (1842-1910) dan J.M.CATTEL (1866-1944). Aliran
fungsionalisme ini lebih mengutamakan fungsi dari jiwa dari pada mempelajari
strukturnya. Bukti dari betapa pragmatisnya orang-orang Amerika dapat kita
lihat pada ditemukannya teknik evaluasi psikologi (yang sekarang populer
dikenal dengan nama:psikotest) oleh J.M.CATTEL.
Sekalipun fungsionalisme sudah
menekankan pragmatisme, namun bagi segolongan sarjana Amerika, aliran ini masih
tergolong abstrak. Golongan terakhir ini menghendaki agar psikologi hanya
memepelajari hal-hal yang objektif, karena itu mereka hanya mau mengakui
tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek psikologi.
Aliran ini dipelopori oleh J.B.WATSON (1878-1958) dan dikembangkan selanjutnya
oleh E.C.TOLMAN (1886-1959) dan B.F.SKINNER (1904.....).
Sementara itu di Jerman sendiri
ajaran-ajaran WUNDT mulai mendapat kritik-kritik dan kereksi-koreksi. O.KULPE
(1862-1915) yang merupakan salah satu murid WUNDT adalah salah satu dari
sarjana yang kurang puas dengan ajaran WUNDT dan memisahkan diri dari WUNDT dan
mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran yang dikenal dengan nama
Wurzburg ini menolah anggapan WUNDT bahwa berpikir itu selalu berupa “image”
(bayangan dalam alam pikiran). Menurut KULPE, pada tingkat berpikir yang lebih
tinggi apa yang dipikir itu tidak berupa image. Sehingga KULPE berpendapat
bahwa ada pikiran yang tidak terbayangkan.
Reaksi lain terhadap Wundt di Eropa
datang dari aliran psikologi Gestalt. Aliran ini menolah ajaran elementisme
dari Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, karena
inilah yang banyak diteliti oleh aliran ini) haruslah dilihat sebagai
keseluruhan yang utuh ,yang tidak terpecah-pecah dalam bagian-bagian, harus
dilihat sebagai suatu “Gestalt”. Tokoh-tokoh aliran ini adalah M.WERTHEIMER
(1880-1943), K.KOFFKA (1886-1941) dan W.KOHWER (1887-1967).
Akhirnya tidak boleh kita lupakan
peranan dokter-dokter, khususnya psikiatri dalam perkembangan psikologi.
Dokter-dokter ini umumnya tertarik pada penyakit jiwa khususnya psikoneurosis,
dan berusaha mencari sebab-sebab penyakit ini untuk mencari teknik
penyembuhannya (terapi) yang tepat. Teknik-teknik seperti hipnotisme dan
magnetisme akhirnya meyakinkan para dokter ini bahwa dibelakang kesadaran
manusia, terdapat kualitas kejiwaan yang lain yang disebut ketidak-sadaran dan
justru dalam alam ketidaksadaran itulah terletak berbagai konflik kejiwaan yang
menyebabkan penyakit-penyakit kejiwaan. S.FREUD (1856-1939) adalah orang
pertama yang secara sistematis kualitas-kualitas kejiwaan itu beserta
dinamikanya untuk menerangkan kepribadian orang dan untuk diterapkan dalam
teknik psikoterapi dan aliran atau teorinya disebut sebagai psikologi dalam
(depth psychology), karena dia tidak hanya berusaha menerangkan segala sesuatu
yang nampak dari luar saja, melainkan berusaha menerangkan apa yang terjadi di
dalam atau di bawah kesadaran itu. Pengaruh psikoanalisa ini besar sekali
terhadap perkembangan psikologi sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar