Jumat, 12 Agustus 2016

Dilematik Budaya Membaca (Antara Tugas dan Intelektualitas)

Budaya Yang Menciptakan Diri Atau Diri Yang Menciptakan Budaya Atau Bahkan Budaya Dan Diri Saling Membangun.
Oleh : Kader HMI

Salam intelektual para pembaca sekalian.
Entah kalian dari program studi Psikologi, Ilmu Komunikasi ataupun sosiologi, bacaan ini untuk kalian yang sangat haus akan tugas, minim akan wawasan luas, takut dengan dosen dan takut akan ipk rendah.

Ini juga untuk kalian para aktivis yang haus akan kritikan, menjunjung tinggi kualitas dibanding kuantitas, haus akan wawasan sosial, berjiwa besar, dan menganggap kuliah sebagai ajang pengembangan bakat.

Jika dilihat secara saksama ternyata difakultas kita tercinta, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora memiliki budaya yang sangat mengikat mereka para aktivis, dan membahagiakan mereka para akademisi.

Bayangkan saja kalian selalu disuduhi kopi, teh, dan susu.,. eh maksud saya tugas, penelitian, tugas, penelitian, tugas dan wawancara. Hingga akhirnya kita lupa bahwa kita harus mengasah bakat yang kita miliki. Kita lupa bahwa kita bukanlah robot yang disediakan untuk sekedar menjadi pendidik, kita lupa bahwa kita adalah generasi penyelamat moral bangsa, penerus tonggak kepemimpinan negara Indonesia.

Budaya seperti ini mungkin bisa dikatakan budaya membaca, membaca tulisan dosen, membaca jurnal tugas, membaca internet, mengkopas makalah orang lain kalau bahasa gaulnya pelagiat, dan hanya terbatas membaca buku pada konsentrasi masing-masing.
Kapan kalian melihat mahasiswa psikologi dan ilmu komunikasi membaca teorinya karlmark, max weber dan Ritzer? Kapan kalian melihat mahasiswa sosiologi membaca buku tebal psikologi yang berjudul abnormalitas? Padahal ketiganya berada dalam satu lingkungan fakultas, yang seakan tidak saling mengenal. Bahkan pernahkah kalian membaca buku pramoedya anantatoer seperti tetralogi buru (bumi manusia, anak semua bangsa, Jejak langkah, rumah kaca), gadis pantai, jalan raya pos jalan daendels, perawan remaja dalam cengkeraman militer dan max havelaar?  Jarang kawan,.,

Sungguh miris wawasan intelektual kita, waktu kita dihabiskan untuk tugas, penelitian dan wawancara. Sadarkah kita bahwa kita telah dijadikan pabrik sebagai pencipta produk yang siap jual. Ada yang terjual sebagai guru, dosen, penyiar, sosiolog, psikolog, dan tidak menutup kemungkinan menjadi produk gagal.
Bayangkan begitu banyak jurusan yang sama diseluruh kampus Indonesia, dan pasti salah satu atau salah duanya menjadi produk gagal. Wauuu sia-sialah nanti investasi orang tua kita.

Tapi yakinlah usaha sampai, bahwa setiap proses pasti menemukan ujung kebahagiaannya, tinggal cara kita mencari ujung tersebut. Ada yang mencarinya dengan memperbanyak pengetahuan, tidak sekedar pengetahuan dibidangnya, ada yang fokus dengan ipk tinggi dan cumlaude, adapula yang aktif berorganisasi dengan membangun jaringan sembari mengasah nalar kritisnya.

Oh iya, ngomong-ngomong soal organisasi, utamanya di UIN SUNAN KALIJAGA, ada loh organisasi yang lahir tahun 1947 dan dikenal hingga sekarang. Organisasi itu dikenal dengan nama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI ini mempunya tujuan yang sangat sejalan dengan kebutuhan Indonesia, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala”.

Wah keren banget kan??? Bayangkan saja selain wawasan luas organisasi ini begitu sejalan dengan syariat islam dan berdiri diatas semua golongan. Apapun yang kita lakukan harus selalu sejalan dengan agama Islam, menjadi orang islam jangan hanya status KTP, dan menerima ajarannya begitu saja. Kita harus memiliki intelektualitas (pengetahuan tentang islam secara mendalam), dan yang paling penting ilmu yang kita dapatkan nanti harus bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa,,.,
Yakin Usaha Sampai.


.-KAMI TUNGGU KEDATANGAN ANDA DI ORGANISASIS KAMI TERCINTA, HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA. KAMI TIDAK BISA MEMBERI, KARENA KALIANLAH YANG MENCARI, TAPI SEKALI KITA PERNAH MENGENAL, MAKA TIDAK ADA BATAS UNTUK SALING MENOLONG.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar